Skip to main content

Cerita tentang Laut (penggalan cerita)


Aku tidak ingat kapan belajar berjalan, namun aku ingat ketika aku belajar berenang. Aku belajar berenang secara otodidak, tidak seorangpun yang mengajariku, dan siapa yang mengajariku berjalan, tidaklah penting. Rumah ku berada di skitar gunung di tepi laut Hitam yang hangat, dan di rumah selalu tinggal kenalan dan juga para tamu. Mereka datang dari gunung-gunung, tiba dari desa. Mereka diterima di institut teknik di kotaku, dan mereka menjadi mahasiswa. Bisa dikatakan bahwa mereka pergi melewati rumahku, seperti melewati tunel yang gelap dan sulit. Kebanykan dari mereka adalah orang-orang yang menarik, aku menyukai mereka, namun laut yang paling aku suka, karena itu aku lari ke laut ketika aku bisa.

Di musim panas laut adalah kesenangan. Pagi-pagi aku dan anak-anak yang lain keluar dari rumah, pergi ke jalan dimana selalu ada ikan yang dirapikan, kami berlari ke bawah, ke laut.
Aku masih ingat dengan baik hari ketika belajar berenang, ketika merasa bahwa bisa berenang, bahwa air laut akan membantu. Waktu itu aku 7 tahun, ketika melakukan pengalaman yang indah. Aku merasa bahwa aku dengan laut sudah mengerti satu sama lain. Dan sekarang akung tidak hanya bisa berjalan, melihat, bicara, tapi juga berenang, tidak takut dalamnya laut, dan itu semua aku belajar sendiri!

Tidak jauh dari tempat dimana kami biasanya sampai laut, di situ terdapat karang yang kecil. Aku berenang sampai karang itu, berbaring dan istirahat.

Pada saat itu di laut maupun di tepi laut banyak orang.bisa dengan mudah mengetahui orang yang datang untuk berlibur atau tidak melalui badan yang putih atau yang gelap karena sinar matahari, mereka berbeda dari penduduk selatan kotaku, yang sudah lama terbiasa dengan sinar matahari dan tidak ingin menjadi lebih gelap.

Tidak jauh dari karang duduk seorang perempuan. Dia membaca buku, mungkin pura-pura membaca buku. Di dekatnya terlihat seorang laki-laki dengan kemeja putih dan sepatu boots hitam baru. Dia mengatakan sesuatu pada perempuan itu, dan terkadang perempuan itu tertawa, mungkin karena laki-laki itu terlalu dekat dan telalu dalam melihatnya. Perempuan itu terlihat ingin membaca, namun kembali laki-laki tersebut berbicara dan peremuan itu kembali tertawa, dan terlihat gigi yang sangat putih seperti kemeja laki-laki tersebut. Dia sepanjang waktu mengganggu permpuan membaca. aku tidak mengerti tentang apa yg mereka lakukan ketika ku lihat mereka dari tempatku istirahat, namun menurut ku mereka bahagia.

Sudah beberapa kali aku berenang sampai karang, lelah, dan aku kedinginan, tapi sekali lagi aku berenang dan terus berenang.
Karang lalu balik arah - sekali, karang lalu balik arah - dua kali, karang lalu balik arah.. dan tiba-tiba sadar bahwa aku tenggelam. Air telah masuk ke tubuhku, rasanya pahit, dingin dan tetntu tidak enak. Aku menyentak dan berusaha keluar. Matahari memukulku tepat di muka, aku mendengar tawa, suara di tepi dan melihat laki-laki dan perempuan itu.

Aku tidak mengerti mengapa saya tidak teriak, aku menunggu waktu ketika laki-laki itu melihatku ke arah laut. Namun muncul perasaan dalam benakku, dia tidak akan menolongku dengan kemeja putih dan sepatu boots baru, karena dia tidak ingin basah. Dengan pikiran seperti itu, aku kembali tenggelam, namun kembali menyentakan kaki dan mencoba keluar, lagi-lagi sinar matahari tidak membantu, dan terdengar suara di tepi mendekat.

Tiba-tiba aku melihat laki-laki itu melihat ke arah ku, dan sesuatu muncul di wajahnya. Dengan susah payah dia mengingatkku. “ini saya, saya!” teriakku hampir menangis. “saya berenang melewati mu, kamu pasti ingat saya!” laki-laki itu sudah tahu. Aku mejadi mudah tenggelam dan gelombang bersatu di atas kepalaku.
Aku merasa sudah cukup, lalu menepi ke pantai. Aku tahu kalau laki-laki itu yang menolongku, namun saya belum berterimakasih, aku malah berbaring diam di tepi dengan mata tertutup. Aku yakin bahwa penolongku tidak berdiri dengan pakaian yang sudah basah, karena dia mencoba menunjukkan keseriusan dirinya. “harus panggil dokter”- terdengar suara perempuan itu. “tidak usah, dia akan sembuh sendiri”- kata laki-laki tersebut. Perempuan itu meletakan tangannya ke kepalaku, tanganya hangat dan sangat halus. Lantas aku membuka mata. “terus kamu akan berenang lebih jauh atau tidak?” – tanya laki-laki itu. “tidak.”- dengan yakin aku menjawab, saya kira dia akan senang dengan jawabanku. “ah sayang.” – katanya.

Aku mengerti bahwa itu bukan jawaan yang biasa. Aku berdiri dan jalan ke arah laut. Dengan mudah aku berenang sampai karang dan juga sebaliknya. Laut telah mengembalikan kekuatanku, yang telah diambil oleh ketakutan. Dan laki-laki tersebut berdiri di tepi dan tersentum ke arah ku, dan aku pun tersenyum. Ketika aku keluar dari air, laki-laki dan perempuan tersebut pergi perlahan meninggalkan pantai, dan perempuan memegang lalu menutup buku.

Begitulah dia pergi dengan perempuannya, dan sekarang aku ingat laki-laki tersebut, yang mengajarkan hidup dan percaya pada kemampuan sendiri.


(Fazil Iskander)

Comments

Popular posts from this blog

Preposisi “в” dan “на” untuk Menunjukkan Tempat

Pada kesempatan ini saya mau sedikit share tentang penggunaan kata depan atau preposisi untuk menunjukkan tempat. Ada banyak preposisi dalam bahasa Rusia, namun pada artikel ini akan difokuskan untuk membahas “в” dan “на” untuk menjawab pertanyaan “ где ?” (dimana). Dalam bahasa Indonesia sendiri “в” dan “на” bisa diartikan dengan “di” atau “pada saat”, dsb. Namun ada beberapa situasi dasar, bagaimana menggunakan preposisi “в” dan “на”.

Galeri Foto Presentasi Pesawat Tempur MiG-35

MiG - 35      Foto: Marina Lystseva / TASS Di Lukhovitsy, kota pinggiran Moskow berlangung pertunjukan internasional pesawat temput terbaru berkemampuan multi fungsi MiG-35, yang uji terbangnya dimulai pada bulan januari. Pesawat ini akan melengkapi kekuatan armada udara Rusia.

Top 5 Russian Films tentang PD II

1. “The Cranes Are Flying” (1957) karya Mikhail Kalatozov Film yang mempunyai judul asli Летят журавли (baca: Letyat zhuravli) ini diproduksi pada tahun 1975. Film tersebut dipilih oleh kritikus film Rusia sebagai film terbaik pada peringatan 50 tahun pertama industri film Rusia. Film ini mengalahkan film-film klasik bertema PD II lainnya seperti "Ballad of a Soldier" (1959) karya Grigorii Chukhrai, "Fate of a Man" (1959)-nya Fedor Bondarchuk, dan "Ivan’s Childhood" (1962) karya Andrei Tarkovsky. Plot Veronica dan Boris berjalan di jalan-jalan Moskow, mereka saling mencintai satu sama lain. Veronica tertawa, karena mereka bahagia bersama pagi ini. Mereka melihat beberapa burung bangau terbang di langit. Ketika tiba di rumah Veronica ,mereka berbicara tentang sebuah pertemuan di tepi sungai. Dan PD II meletus di Moskow. Boris bekerja di pabrik dan ia tidak punya waktu untuk berbicara dengan Veronica, dan situasi sulitpun memaksa dirinya harus