Belum lama ini Sputnik
News melakukan polling mengenai “perbandingan kehidupan pada masa Uni
Soviet dengan saat ini”. Hasilnya mengejutkan, 9 dari 11 negara anggota ex-Uni
Soviet menunjukkan hasil bahwa mayoritas yang berumur lebih dari 35 tahun
berpendapat bahwa kehidupan pada masa Uni Soviet lebih baik sebelum peristiwa
pembubaran pada tahun 1991. Michael Parenti, penulis Blackshirts and Reds: Rational Facism and the Overthow of Communism,
and the Overthrow of Communism, dan
producer Walter Smolarek berbicara di radio Sputnik bersama Brian Becker
mengenai polling tersebut.
Berdasarkan hasil survey Sputnik menyatakan bahwa
64% penduduk Rusia yang tinggal pada masa Uni Soviet berpendapat bahwa
kehidupan masa Uni Soviet lebih baik jika dibandingkan pada masa setelah pembubarannya.
Presentasi setinggi itu juga diperoleh dari koresponden yang berasal dari
Armenia (71%) dan Azerbaijan (69%). Opini yang sama juga dinyatakan oleh 61% koresponden
di Kazakstan, 60% di Ukraina dan Kirgistan, 53% di Belarusia, dan 51% di
Georgia. Hasil poling yang berbeda diperoleh dari koresponden yang berada di
Tajikistan dan Uzbekistan. Mereka memiliki pendapat bahwa hidup menjadi lebih
baik setelah peristiwa pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991. Koresponden yang
berumur 25 tahun atau lebih muda (mereka yang lahir sesudah atau sesaat sebelum
peristiwa pembubaran Uni Soviet) berpendapat bahwa hidup saat ini lebih baik.
Hasil yang diperoleh dari penduduk ex-Uni Soviet
berada di posisi yang berlawanan dengan persepsi barat mengenai pembubaran Uni
Soviet sebagai “sebuah revolusi demokrasi”. Di tahun 2004, ahli sejarah Rusia
Richard Pipes mengeluarkan hasil survei di New
York Times bahwa 74% masyarakat Rusia menyesali pembubaran Uni Soviet, setelah
“pemerintahan baru” pada saat itu mengurangi jaminan pekerjaan, kesehatan, dan
pelayanan sosial yang lain. Sebuah sistem pasar yang baru menghilangkan “kontrol
harga”. serta subsidi untuk makanan dan perumahan, pakaian,
transportasi dan utilitas. Berdasarkan Parenti “sistem ekonomi baru yang tidak
adil, dan pasar bebas neo-kapitalisme akan datang”, membuat sistem lebih bermasalah
dari pada sistem bentuk sebelumnya yaitu “sistem ekonomi kolektif”, sesuai
pernyataan Parenti.
Keadaan ekonomi yang menyakitkan merupakan “shock
therapy” yang dibebankan ke Uni Soviet oleh Lembaga Dana Moneter Internasional sehingga
menghasilkan pembentukan kaum elit baru yang dengan cepat mendapatkan the once-collective property. Ada kalimat
“You don't get rich without creating poverty “ – anda tidak akan menjadi
kaya tanpa menciptakan kemiskinan, kalimat tersebut bernada bercanda pada saat
itu. Namun ketika itu para oligarki menjadi kaya, yang miskin menjadi lebih
miskin.
Tentu saja Rusia saat ini bukanlah negara yang sama
dengan era 90-an. Presiden Vladimir Putin mendapatkan 91% dukungan dari masyarakat
Rusia, hal tersebut mengindikasikan bahwa dirinya melakukan sesuatu yang benar.
Berdasarkan pendapat Parenti, bahwa popularitas pemimpin
Rusia dianggapa oleh “Barat” sebagai ancaman dan bahaya terhadap imeperial
kapitalisme. Beberapa pro-barat mengklaim bahwa “nostalgia” terhadap Uni Soviet
adalah hasrat untuk kembali ke paham komunisme atau “Gulag”. Sebagian lagi berpendapat
tentang alasan yang lebih kompleks, seperti membutuhkan kedamaian dan
pertemanan antara negara-negara sebagai pencapaian masyarakat Uni Soviet.
Hal-hal tersebut mengangkat nilai Soviet yang dianggap
sering kehilangan popularitas, namun membayarnya pada bidang ilmu pengetahuan
dan pendidikan. seperti diketahui, bagaimanapun juga bahwa kebangkitan kembali
Uni Soviet tidak akan bisa berhasil. Apa yang bisa diambil dari sejarah masa
Uni Soviet adalah pengalaman, ingatan, teknologi sosial dan nilai-nilai abadi,
aspek masyarakat yang dapat menghasilkan perdamaian untuk seluruh dunia.
Comments
Post a Comment