foto RIA-Novosti Xi Jinping dan Vladimir Putin |
Seperti dikutip dari portal berita Sputnik, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Moskow
mendukung sikap RRC atas keputusan pengadilan terhadap konflik Laut Cina Selatan
dan menentang adanya campur tangan pihak ketiga. “Kepercayaan sudah ada diantara
tuan Xi Jinping dan saya, saya bisa mengatakan seperti pertemanan. Akan tetapi
dia tidak pernah berkata “saya ingin menegaskan hal ini”. Dirinya tidak pernah
menghampiri saya untuk bertanya mengenai komentar ataupun campur tangan
mengenai masalah ini.” penjelasan Putin kepada awak media.
“Tentu saja kami memiliki opini atas masalah ini. Pertama,
kami tidak ingin mengintervensi dan kami percaya bahwa intervensi apapun dari pihak
luar hanya akan mempersulit penyelesaian konflik ini. Menurut saya, campur tangan
pihak ketiga dari pihak luar, berbahaya
dan kontraproduktif.” dirinya menambahkan.
Pada 12 Juli Mahkamah Arbitrase Internasional yang berbasis
di Den Haag memutuskan bahwa Beijing tidak mempunyai dasar hukum untuk mengklaim
hak untuk sumber Laut Cina Selatan dan telah melanggar hak-hak kedaulatan
Filipina di zona ekonomi eksklusif negara. Keputusan itu datang setelah Manila
mengajukan kasus pada Januari 2013 menuduh Beijing melanggar Konvensi PBB
tentang Hukum Laut.
“Kami menjaga solidaritas dan mendukung posisi RRC dalam masalah
ini, tidak mengakui keputusan tersebut. Ini bukan posisi politik, hal ini murni
hukum. ini terletak pada kenyataan bahwa setiap proses arbitrase harus dimulai
oleh pihak yang bersengketa, sementara pengadilan arbitrase harus mendengar
argumen dan posisi dari pihak yang bersengketa. Seperti yang anada ketahui
bahwa RRC tidak dipanggil ke Mahkamah Arbitrase Internasional tersebut, dan
tidak ada seorangpun yang mendengarkan
posisi mereka di sana. Bagaimana anda bisa mengakui bahwa keputusan ini tersebut
adil? Kami mendukung posisi RRC dalam masalah ini.” Putin menekankan kembali.
Beijing mengklaim wilayah kepulauan Spratly di konflik Laut
Cina Selatan, yang diyakini kaya akan sumber daya minyak dan gas, hal ini
mendapat pertentangan dari Filipina, Taiwan, Malaysia, Brunei dan Vietnam.
sumber Sputnik News
Comments
Post a Comment